Teka Teki Hidup Mas Faiz
Pancaran sinar
lampu menyilaukan kedua mata seorang wanita yang sedang dilanda gelisah
menunggu hasil sidang perceraian yang tengah di ajukan di pengadilan agama satu
minggu yang lalu. Ada sedikit rasa penyesalan tentang tindakan gegabahnya
itu. sebenarnya ia tak ingin menangung status janda, foto pernikahan yang masih
menganntung di tembok kamarnya membuat dadanya sesak, ia teringat ingat janji
suci yang di ucapkan laki laki yang pernah menjadi pujaan hatinya,
airmatanyapun meleleh membasahi pipi tirusnya, masa masa indah bersama laki-laki
itu kembali membayanginya. Nyaris tidak ada cerita sedih yang ia lalui bersama
laki laki itu selama empat bulan pernikahannya. bahkan saat pergi ke pengadilan
ia masih menyisakan cerita yang sangat indah dan romantis.
Namun apa
mau di kata, kami sudah merasa tak cocok lagi, dia memintaku untuk berhenti
menjadi guru, sebuah profesi yang sudah kugeluti selama bertahun tahun.
Meskipun aku tau gaji seorang manajer pertamina dapat mengcover dengan sempurna
semua kebutuhanku, tapi aku tak ingin menjadi boneka yang hanya menunggu
kedatangan suamiku kemudian melayani semua kebutuhannya mulai dari menyiapkan
makan malam, handuk dan air hangat untuk mandi kemudian menemani tidurnya dan
mendengarkan cerita serunya bersama teman teman di kantor pertamina, sungguh
tidak adil jika ini terjadi
"Aku
yang kerja sayang kamu yang di rumah",”aku tidak punya maksud apa apa
memintamu berhenti menjadi seorang guru”. “Lalu apa alasanmu memintaku
untuk meninggalkan profesiku, bukannya sebelum menikah kamu sudah
mengetahui bahwa aku seorang guru yang mengajar di SD “?” alasanku adalah”. “Ati
Ati” suara itu menghentikan percakapan pasangan suami istri yang sedang menemui
masalah di didalam bahtera cintanya yang akan ia lalui bersama. “ia bun”, “Ti
sini deh bunda mau minta tolong belikan teh di warung sebelah”, “ah bunda”, “mengangetkan
saja”. “Ku pikir bunda kenapa napa”, “tapi sebentar ya bun Ati lagi bicara
serius sama mas Faiz”.
"Mas
maaf tadi alasannya apa"?, "enggak udah telat". "apaan sih
mas aku kan di panggil bunda", "kalau bunda kenapa napa
gimana"?. "emang kamu peduli sama bunda kamu"? "bukannya
bunda selalu sendirian setiap hari dirumah dengan kondisinya yang sudah lumpuh”.
sedanngkan kamu, kamu hanya peduli dengan karirmu Ti”. “Kamu tidak
kasihan sama Juned yang selalu merawat bunda kamu dirumah”, “Ti juned itu laki
laki tidak sepatutnya dia melakukan pekerjaan pekerjaan perempuan” ,” kecuali
kalau dirumah itu sudah tidak ada perempuan”. Kata kata mas Faiz bagaikan petir
yang menyambar telingaku, bagian tubuh yang bernama hati bukan tersentuh lagi
tapi tertusuk
“Mas tau
apa tentang ibuku”, “jauh sebelum aku menikah dengan kamu”,’kondisi ibuku
memang sudah seperti itu’, ‘dan aku masih melakukan aktifitas sehari hari ku
sebagai guru’.” Aku menjadi guru bukan karena materi mas. gaji PNS ayahku sudah
cukup untuk menghidupi keluarga ini” ,”dan ibu sangat rela dengan apa yang aku
lakukan selama ini beliau tidak merasa di telantarkan karena ibuku memang aku
rawat mas”,” kalau mas memang tidak suka mas bisa ceraikan saya”
“Ati hati
hati dengan ucapan itu”, “aku tidak suka mendengar kata itu apalagi
melakukannya”. Mas Faiz mengambil jaketnya dan pergi keluar meninggalkan
kamarnya.” Mas, mas mau kemana”?. raungan motor yang sering di pakai untuk
memboncenginya saat kuliah menderu deru di halaman motor. mas Faiz pergi, entah
kemana. Aku curiga dengan Mas Faiz apakah perhatian mas Faiz pada bunda ia
lakukan dengan tulus, atau ada sesuatu lain yang sehingga ia mengkambing
hitamkan bunda supaya aku meninggalkan profesiku?
Aku tau Mas
Faiz memang penyayang apalagi sejak ibunya meninggal, ia sangat menghormati
perempuan, tapi apakah Mas Faiz belum berubah apakah Mas Faiz masih sama
seperti yang dulu, ku dengar di kantor Mas Faiz banyak temn perempuan yang diam
menyukainya. apakah ada wanita lain dihatinya selain aku? sehingga ia
bersikeras memintaku untuk meninggalkan profesiku, “Tapi apa hubungannya”?. Mas
Faiz aku tau kamu terlalu ganteng untukku, tapi tolong jangan minta aku untuk
meninggalkan profesiku aku bisa memerankan tiga peran sekaligus menjadi istri
yang sholeha untuk mu, menjadi anak yang patuh kepada ibuku dan menjadi seorang
guru yang dirindukan oleh siswa siswiku. Mas kamu pergi kemana?
“Ati mana
teh bunda”? “Bunda maafin Ati”, "sudah membuat bunda menunggu lama”. Rupanya
bunda tidak tau apa yang baru saja terjadi di ruang tamu ini, maklumlah rumah
kami luas waktu itu bundaku ada di dapur bersama cucunya. ia Ti maafin bunda ya
selalu merepotkanmu, kata kata bunda membuatku sedih. “Bunda Ati tidak pernah
pernah merasa direpotkan”. Kupeluk erat tubuh bunda yang duduk diatas kursi roda.
Fais kemana Ti? dari tadi ibu belum lihat, Mas Faiz pergi Bun dari tadi siang sampai sekarang belum ada kabar Ati sudah coba hubungi ponselnya tapi ga di jawab WA dan SMS Ati juga ga dibalas, air mataku meleleh. memangnya kamu tidak tanya dia pergi wanita paruh baya itu mamandang anaknya dengan tatapan yang serius, tadi siang kami berselisih dan tiba tiba sekarang mas Faiz pergi?
"Ah suamimu kayak anak kecil ya punya masalah bukannya di bicarakan malah di tinggal kabur". "Memangnya apa yang membuat kalian berselisih kulihat Faiz saat toleransi sama kamu, kamu sering pulang malam bahkan mengikuti kegiatan menginap disekolah, tapi faiz tidak pernah mempermasalahkan.
aku terdiam, aku tak ingin menceritakan tentang Mas Faiz yang memintaku berhenti menjadi seorang guru untuk merawat bunda di rumah. karena aku belum tau apakah Mas Faiz benar benar tulus memperhatikan Bunda atau mas faiz mempunyai maksud lain. kalaupun Mas Faiz tulus aku tak mau menceritakan hal itu tderhadap ibu karena bunda pasti menganggap bahwa dirinya menjadi beban untukku maafkan aku bun aku tak sanggup menceritakan semua ini.
************
Fais kemana Ti? dari tadi ibu belum lihat, Mas Faiz pergi Bun dari tadi siang sampai sekarang belum ada kabar Ati sudah coba hubungi ponselnya tapi ga di jawab WA dan SMS Ati juga ga dibalas, air mataku meleleh. memangnya kamu tidak tanya dia pergi wanita paruh baya itu mamandang anaknya dengan tatapan yang serius, tadi siang kami berselisih dan tiba tiba sekarang mas Faiz pergi?
"Ah suamimu kayak anak kecil ya punya masalah bukannya di bicarakan malah di tinggal kabur". "Memangnya apa yang membuat kalian berselisih kulihat Faiz saat toleransi sama kamu, kamu sering pulang malam bahkan mengikuti kegiatan menginap disekolah, tapi faiz tidak pernah mempermasalahkan.
aku terdiam, aku tak ingin menceritakan tentang Mas Faiz yang memintaku berhenti menjadi seorang guru untuk merawat bunda di rumah. karena aku belum tau apakah Mas Faiz benar benar tulus memperhatikan Bunda atau mas faiz mempunyai maksud lain. kalaupun Mas Faiz tulus aku tak mau menceritakan hal itu tderhadap ibu karena bunda pasti menganggap bahwa dirinya menjadi beban untukku maafkan aku bun aku tak sanggup menceritakan semua ini.